Rabu, September 10, 2025
BerandaBeritaDISIPLIN DAN SANTRI

DISIPLIN DAN SANTRI

Ketika fajar masih malu-malu menyingsing, di pesantren, suara lantang bel berbunyi atau panggilan sahut-sahutan mulai terdengar. Para santri pun segera beranjak dari tempat tidur—beberapa masih mengusap mata, sebagian sudah bergegas mengambil air wudhu. Inilah kehidupan santri: penuh ritme, penuh aturan, dan tentu saja, penuh makna.

Banyak orang berpikir bahwa hidup di pesantren itu berat. Bangun sebelum subuh, belajar kitab kuning, hafalan, salat berjamaah lima waktu, sekolah formal, hingga jadwal mengaji malam yang seolah tanpa akhir. Tapi di balik semua itu, tersembunyi satu nilai besar yang menjadi pondasi hidup santri: disiplin.

Bagi santri, disiplin bukan sekadar kewajiban. Ia adalah bagian dari ibadah. Bangun tepat waktu, menjaga kerapihan kamar, datang ke majelis sebelum waktu dimulai, hingga antri saat makan bersama—semua mengajarkan ketertiban dan tanggung jawab. Bukan hanya untuk taat aturan, tapi juga untuk melatih diri menjadi pribadi yang terorganisir dan berkomitmen.

Mengapa Disiplin Penting Bagi Santri?

1. Melatih Tanggung Jawab Pribadi

Seorang santri harus bisa mengatur dirinya sendiri. Tidak ada orang tua yang mengingatkan waktu belajar atau salat. Semua harus dilakukan atas kesadaran. Di sinilah karakter tanggung jawab terbentuk—nilai yang sangat dibutuhkan ketika mereka kembali ke masyarakat.

2. Membentuk Mental Tangguh

Hidup di pesantren tidak selalu nyaman. Dari makan sederhana hingga tidur beramai-ramai dalam satu kamar. Semua ini melatih santri agar kuat secara mental dan tidak manja. Disiplin menjadi “benteng” yang membantu mereka tetap bertahan dan fokus pada tujuan.

3. Menumbuhkan Rasa Hormat Terhadap Waktu dan Guru

Di pesantren, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Telat datang ke kelas? Bisa jadi ditegur. Tidak hadir dalam halaqah? Bisa kehilangan pelajaran penting. Santri diajarkan untuk menghargai waktu sebagai bagian dari menghargai ilmu dan guru.

4. Menjadi Modal Masa Depan

Ketika santri keluar dari pesantren dan terjun ke masyarakat, banyak yang kaget melihat bagaimana mereka lebih teratur, lebih sopan, dan punya etika kerja tinggi. Itu semua hasil dari pola hidup disiplin yang mereka jalani selama bertahun-tahun.

Disiplin yang Tumbuh dari Kesadaran, Bukan Paksaan

Yang menarik, disiplin di pesantren umumnya tidak dibangun lewat ancaman atau hukuman berat. Tapi lebih melalui keteladanan para guru dan kyai, serta suasana kolektif yang mendidik. Santri saling mengingatkan, saling menegur, dan saling menumbuhkan kebiasaan baik. Inilah kekuatan komunitas pesantren: nilai-nilai besar ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.

Disiplin pun bukan hanya soal rutinitas luar, tetapi juga disiplin batin. Menahan diri dari bergosip, menjaga lisan, menundukkan pandangan, hingga membatasi penggunaan teknologi. Semua itu adalah bagian dari “disiplin hati” yang seringkali lebih sulit dari sekadar bangun pagi.

“Santri adalah Pejuang Disiplin”

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments

error: Content is protected !!